Jumat, 12 April 2013

Everlasting Heart #Part 13


Part 13

Tak lama kemudian orangtua Rio pulang dari rumah Ify dan Rio. Kemesraan yang tadi terlihat kini berubah menjadi perang dingin.

“Heh! Buruan lepasin tangan lo dari pundak gue!” suruh Ify.

Rio dengan segera melepaskan tangannya yang sejak tadi asyik bertengger di pundah Ify. Ini semua dilakukan guna menunjukkan kemesraan mereka sebagai sepasang pengantin baru meski Cuma sandiwara.

“Heh! Lo tadi ngomong apa?! Tenang aja Ify dan Rio kan masih muda, kalo perlu ntar kita ngasih sebelas cucu! Emang lo apa yang ngelahirin?!” ujar Ify
sembari menirukan gaya bicara Rio tadi.

“Yee, lo gak tau apa kalo itu Cuma sandiwara? Gue mana demen punya keturunan dari lo?! Bisa-bisa keturunan gue mukanya ancur kayak lo!” balas Rio lagi.

“Apa?! Ancur lo bilang?! Heh! Gini-gini gue pernah jadi finalis cover girl tau!” oceh Ify lagi yang mulai panas mendengar perkataan Rio tadi.

“Mau lo cover girl kek, gue juga gak peduli! Emang lo aja apa yang bisa ngaku-ngaku jadi cover girl?! Gue dulu juga cover boy tau!”

“Yee, siapa peduli?!” lanjut Ify yang malas meladeni Rio. Ify memutuskan masuk ke kamarnya dengan perasaan kesal. Dibantingnya pintu kamarnya keras-keras.

Ih, Rio nyebelin! Dia gak percaya apa kalo gue dulu emang cover girl?! Ujar Ify dalam hati. Ify memang pernah menjadi finalis cover girl di sebuah majalah remaja. Tapi begitu papanya mengetahuinya, beliau bukannya mendukung malah wanti-wanti agar Ify tidak berpose lagi di depan kamera. Padahal menurut Ify pose seperti itu sangat wajar. Makhlum papa Ify kan lumayan berpengaruh di dunia bisnis, jadi beliau tidak ingin anak gadis satu-satunya itu malah mempermalukan dirinya di depan klien bisnisnya.

####

Keesokan harinya..

Ify terlihat sangat lesu, perasaannya hari ini sangat kesal gara-gara sebelum berangkat tadi dia sempat adu mulut lagi sama Rio.

“Woi!! Yang baru nikah nih! Gimana nih kabarnya pengantin baru kita? Udah ngisi belum?” terdengar ledekan dari Via dan Shilla.

“Gimana apanya?! Sekarang gue lagi bete! Gara-gara Pesek jelek itu!” sesaat tampak wajah terkejut dari kedua sohibnya itu.

“Heh! Punya suami tajir, cakep, pinter, lo masih aja bete?! Lo tuh gak pernah ngerasa bersyukur ya?! Kalo aja gue punya suami kayak Rio, mendingan gue seharian di rumah. Hehe..” ujar Via sambil nyengir.

“Gue juga gak tau kenapa setiap kali ketemu sama Rio pasti bawaannya tengkar mulu!” keluh Ify.

“Wajar aja kalian saling kenal kan baru beberapa bulan. Terus kalian langsung menikah lagi. Mungkin kalo kalian udah mengenal satu sama lain kalian bakalan saling cinta.” Nasihat Shilla. Ify hanya tersenyum simpul.

“Iya Fy, betul banget kata Shilla. Apalagi kalo gue liat ending di film-film yang mengisahkan pernikahan hasil perjodohan selalu aja berakhir dengan cinta. Siapa tau lo sama Rio juga bakalan begitu juga.” Cerocos Via.

Heh?! Cinta?! Gue Cinta sama Rio?! Ih, gak banget! Ujar Ify dalam hati. Pinginnya sih nyeritain masalah pernikahan sandiwara ini ke Via dan Shilla, tapi Ify keburu inget dengan perkataan Rio.

“Lo jangan pernah sekalipun ngomongin masalah perjanjian kita ke siapapun! Meskipun sama kedua sohib lo itu!” larang Rio.

Ddrrttt drrttt.. Getaran BB Ify langsung membuyarkan lamunan Ify. Pada layar Bb nya ada tulisan bertuliskan ‘Mama’.

“Ya ma, ada apa?” tanya Ify langsung.

“Fy, kamu bisa gak anterin mama ke Bandara? Mama ada janji sama mertau kamu buat ngunjungin pameran di Bali. Mau ya sayang?” suara mama terdengar memelas.

“Ok ma, Ify sekarang kesitu ya.” Ify kemudian beranjak meninggalkan temannya.

<3 <3 <3

Di saat yang bersamaan di tempat yang berbeda.

Dddrrttt drrrttt.. Rio segera menyambar Bb nya yang terletak tak jauh dari tempatnya tertidur.

“Ha.. halo?” ujarnya malas. Rio bahkan tak sempat melihat nama penelepon dari layar BB nya karena kedua matanya masih sama-sama lengket satu sama lain.

“Rio!” terdengar suara yang sudah tak asing lagi.

“Ya ma, kenapa?” tanya Rio.

“Yoo, kamu bisa tolong anterin mama gak ke Bandara? Mama ada janji mau ngunjungin pameran di Bali sama mertua kamu. Pak Umar lagu cuti, papa lagi sibuk ngantor.”

“Ehm, ya udah deh ma. Rio siap-siap dulu. Bentar lagi Rio jemput mama.”

####

Di Bandara Soekarno-Hatta.

Ify dan mamanya sedang asyik celingukan menunggu Tante Manda yang tak kunjung datang. Tak lama kemudian Tante Manda datang sambil melambaikan tangannya dari kejauhan.

“Ma, itu Tante Manda!” beritahu Ify segera.

Mama balas menyapa Tante Manda dengan melambaikan tangan.

Eh, kenapa gue ngerasa ngeliat Rio ya? Tante Manda mulai mendekat.

“Lho?! Ada Ify toh rupanya.” Ujar Tante Manda lembut.

“Oh, iya tan eh ma..” ralat Ify segera. Ify memang masih belum terbiasa memanggil Tante Manda dengan sebutan mama.

Tante Manda tersenyum melihat kepanikan Ify.

“Fy, mama mau ke belakang dulu ya. Perut mama sakit banget! Mumpung belum naik nih. Tolong kamu jagain dulu koper-koper mama. Oh ya, pegangin tiketnya nanti malah basah kena air lagi.” Setelah berbicara begitu mama Ify langsung lari terbirit-birit. Kayaknya sakit perutnya parah banget deh sampe lari sempoyongan kayak gitu, batin Ify.

“Hati-hati ma! Jangan lama-lama ya, ma!” teriak Ify kemudian.

Tante Manda yang ada di sebelah Ify masih sibuk berbicara lewat BB nya.

Ify masih gugup berduaan dengan Tante Manda. Bisa-bisa diceramahin soal cucu lagi!

Duh, mama cepetan balik dong! Pinta Ify dalam hati.

“Fy..” panggil Tante Manda.

Aduh, jangan-jangan tanya soal cucu lagi!

“Ehm, ya ada apa ma?” tanya Ify gugup.

“Fy, mama mau beli mibum dulu ya. Ntar kalo ada orang yang bawain barang mama tolong terimain.” Setelah berbicara begitu Tante Manda pun ngeloyor pergi.

Fiuh.. Untung Tante Manda gak tanya macem-macem. Ify tersenyum lega. Kini dia duduk termenung sendirian sambil nungguin koper Tante Manda.

10 menit kemudian..

“Duh, mama sama Tante Manda kok gak balik-balik sih? Udah tau mau berangkat lagi!” gerutu Ify.

Dari kejauhan nampak sesosok cowok yang gak asing lagi. Rio! Kok dia bisa kesini sih? Rio mulai berjalan mendekat. Tampaknya Rio kelelahan habis membawa koper Tante Manda.

“Woi nenek lampir! Nyokap gue mana?” tanya Rio ngos-ngosan.

“Gak tau. Katanya sih pergi buat beli minum tapi kok belum balik-balik.” Jawab Ify. Rio langsung menghempaskan tubuhnya pada kursi yang letaknya di sebelah Ify.

“Lo tuh bawa koper kayak gitu aja udah ngos-ngosan sih?! Lo tuh cewek atau cowok?!” tanya Ify. Rio tampak mulai gerah dengan perkataan Ify ini.

“Heh! Kalo Cuma bawa koper beginian sih gak masalah! Tapi sejak tadi itu gue nyasar mulu! Mana nyokap ngasih keterangan gak jelas! Di sinilah! Di sanalah! Dan lagi disini banyak orang itu ngebuat kepala gue pusing!”

“Oh..” respon Ify pendek.

“Oh ya, ngomong-ngomong nyokap lo mana?” tanya Rio.

“Katanya sih ke toilet. Tapi kok masih belum balik?” keluh Ify.

“Aneh banget sih mereka?! Mereka yang mau pergi kok malah kita yang disuruh nungguin kayak gini!”

Jangan-jangan, ini memang rencana mereka?

Drrttt drrttt.. BB Ify danRio bergetar bersamaan.

“Halo ma? Mama dimana sih?” sambar Ify langsung.

“Hehehe.. Ify sayang, mama sama Tante Manda sengaja ngerencanain ini semua supaya kamu sama nak Rio bisa nikmatin bulan madu kalian. Oke?”

Sesaat Ify emang butuh waktu untuk mencerna apa yang dikatakan mamanya dan begitu tau maksudnya..

“ma, mama apaan sih? Ify kan masih harus kuliah ma!” protes Ify segera.

“Tenang sayang. Mama udah minta izin ke kampus kamu kok.”

“Ma, Ify kan belum nyiapin pakaian Ify. Odol, sikat gigi..”

“Mama udah siapin di dalam koper, sayang.”

Rasanya Ify udah dihadapkan pada jalan buntu. Semua alasan yang Ify ajukan dengan mudah dijawab oleh mamanya.

“Mama apa-apaan sih?! Ify sekarang gak bisa mam!”

“Udah dulu ya sayang. BB mama lowbatt nih. Selamat honeymoon ya..” tak lama kemudian terdengar nada sibuk. Ya, mama di seberang sana udah mematikan BB nya. Kini Ify dan Rio saling bertemu pandang tapi dengan cepat mereka berdua memalingkan wajahnya kembali.

Uhh!! Kenapa sih semua ini harus terjadi sama gue?! Dengan perasaan kesal Ify berjalan sambil ngedumel dalam hati. Rio hanya mengikuti langkah Ify tanpa banyak bicara.

####

Bandara Ngurah Rai-Bali..

Penerbangan Jakarta-Bali hanya berjalan 2 jam. Selama berada di dalam pesawat mereka tidak saling berbicara.

“Wah, akhirnya sampe juga!” seru Ify begitu keluar dari pesawat. Walaupun perjalanan sangat singkat tapi itu cukup untuk membuat pantat Ify kesemutan. Bisa bayangin kan kalo duduk terus selama 2 jam di dalam pesawat tanpa bisa merubah posisi duduk? Begitu keluar dari pesaawat, Ify dan Rio mengambil koper mereka di bagasi pesawat. Tak lama kemudian Ify kehilangan sosok Rio! Ify jadi panik!

Si Rio mana nih? Mana gue disini gak ada kenalan lagi! Kalo Rio gak ketemu, gimana nasib gue? Ify menoleh kepalanya berkali-kali guna mencari sosok Rio. Eh, itu kan Rio! Tapi kok malah berjalan ke arah taxi?! Masa dia mau ninggalin gue disini sendirian?! Rese banget sih tuh cowok! Dia mau ninggalin gue disini?! Ify dengan cepat berlari ke arah Rio.

“Gedubraak!!” Ify menabrak sesuatu yang keras. Kontan saja tubuhnya langsung terkapar di lantai. Ify mendingakkan wajahnya. Seorang cowok keren yang sebaya dengannya menyungging senyum sambil mengulurkan tangan untuk membantu Ify berdiri. Ify menerima uluran tangan itu sambil menepuk-nepuk celananya yang abis kecium lantai. Oh ya, Rio! Ify hampir lupa melanjutkan misinya untuk mengejar Rio. Tanpa ba bi bu lagi Ify segera berlari meninggalkan cowok itu. Untung Rio masih belum pergi! Ify akhirnya berjalan mendekati Rio. Ia ingin mengatur napasnya dulu sebelum melabrak cowok itu.

“Heh! Maksud lo apa ninggalin gue sendirian?!” tanya Ify langsung dengan nada jutek.

Hening! Rio masih belum merespon Ify. Rio masih sibuk memindahkan koper ke dalam bagasi taxi.

“Heh! Punya telinga gak sih?! Orang nanya malah dicuekin!” bentak Ify.

####

Selama perjalanan, Ify malah pasang tampang manyun. Gimana gak manyun kalo orang yang kita ajak ngomong malah gak ngerespon kita? Boro-boro ngejawab, ngeliat Ify aja enggak! Uhh!! Sebel!!

Rio ngapain sih kok jadi marah sama gue? Harusnya gue yang marah sama dia! Kok jadi kebalik sih? Daripada ngamatin muka Rio yang ngebetein, lebih baik gue liat pemandangan aja.

Ini emang kunjungan pertama Ify ke Bali karena beberapa kali ngerencanain pergi ke Bali sama Shilla dan Sivia, tapi ujung-ujungnya pasti gak jadi! Ternyata suasana Bali gak beda-beda amat sama suasana Jakarta. Yang ngebedain Cuma di Bali banyak pantai dan orang bule. Tak lama kemudian taxi tersebut berhenti tepat di sebuah bangunan yang berinterior megah. Ya, hotel! Tapi..

“Yo, kok kita ke hotel sih?”

“Gue capek, mau istirahat! Terserah lo kali lo gak mau ikut gue! Tapi ntar gue gak ngejamin kalo lo bisa pulang ke Jakarta!” jawab Rio cuek.

“Lo ngancem gue?” tanya Ify balik.

“Terserah lo mau nganggep itu ancaman atau gak.” Rio lalu berjalan sambil membawa koper-kopernya menuju ke dalam hotel megah itu.

“Dasar aneh!” dengus Ify kesal sambil berjalan mengikuti langkah Rio.

Setelah mengkonfirmasi ulang di receptionist, baru kemudian kalo mama dan Tante Manda udah mesen kamar khusus buat mereka. Huh! Kemudian receptionist itu mengutus seorang Room boy untuk menunjukkan kamar. Kamar mereka berada di lantai 9 dan bernomor 2909. Setelah sampai di kamar tersebut, Ify benar-benar ditakjubkan dengan interior kamar yang bagus banget dan dari jendela kamar tersebut kita bisa ngeliat pantai yang terletak tepat di sebelah hotel. Di tengah ketakjubannya, Ify dikejutkan dengan getaran BB nya. Dibukanya Massage tersebut.

From : Mama

Fy, selamat Honeymoon ya. Moga begitu balik kamu udah ngisi biar kita bisa cepet-cepet nimang cucu. Ya udah, nikmatin aja liburanmu dan yang paling penting kamu sama Rio jangan bertengkar!

Ah, mama ini apa-apaan sih?! Honeymoon sama Rio?! Gak bakalan deh! Kenapa sih yang ada di benak para orangtua itu Cuma cucu mulu?! Apa mereka gak pernah mikirin nasib anak-anaknya?!

Tapi, kok gak kedengeran suara Rio sih? Ify segera membalikkan tubuhnya dan mendapati Rio sedang tertidur pulas di tempat tidur. Aaarrrghh!! Kenapa gue baru sadar kalo di kamar ini Cuma ada 1 tempat tidur?! Terus, gue tidur dimana? Kan gak mungkin kalo gue tidur seranjang sama Rio! Ify memutuskan untuk turun ke Receptionist buat mesen kamar lagi. Tapi betapa kecewanya Ify ketika tau kalo semua kamar udah penuh tanpa sisa. Ify berjalan lunglai.

“Gedubraakk!” Ify menabrak sesuatu yang keras. Tapi kali ini gak sampe jatuh terkapar.

“Apa-apaan sih? Dari tadi ada aja yang nabrak gue!” omel Ify.

Ia mendapati seorang cowok berdiri tepat di depannya dan cowok itu..

“Lho?! Lo kan cewek tadi yang nabrak gue di Bandara!” ujar cowok itu sambil menyungging senyum.

“Oh iya, ternyata elo masih inget.”

“Lo nginep disini juga?” tanya cowok itu.

“Ya.” Jawab Ify singkat. Wah, kalo diliat-liat cowok ini cakep bener! Daripada Rio yang bisanya Cuma buat gue marah?!

“Wah, kebetulan banget ya? Oh ya, kenalin, nama gue Riko. Lo panggil gue Riko aja.” Ujar Riko sambil mengulurkan tangan.

“Nama gue Ify.” jawab Ify sambil membalas uluran tangan Riko.

“Wah, gue seneng banget. Akhirnya dapat juga temen disini. Jujur aja gue sama sekali gak kenal siapa-siapa disini. Ini karena tuntutan kerjaan kalo gak, gue bakal mikir dua kali untuk pergi ke tempat yang bener-bener asing buat gue. Tetapi, beruntung banget gue akhirnya kenal sama lo.” Kata Riko sambil tersenyum.

Lo pikir gue juga gak ngerasa asing apa?! Disini gue juga Cuma kenal sama cowok rese kayak Rio! Gerutu Ify dalam hati.

“Emang kerjaan lo apa?”

“Sebenernya ini juga gak bisa dibilang kerjaan juga sih. Ini juga termasuk hobi gue. Gue suka banget ngefoto sunset.”

“Berarti lo seorang fotografer dong?!” tebak Ify.

“Ya, bisa dibilang seperti itu.” jawab Riko sambil menggaruk kepala tanda malu.

“Wah, lo hebat banget! Dari dulu gue pingin banget jadi fotografer tapi gak kesampean! Eh, malah kesampeannya jadi modelnya.” Cerita Ify.

“Pantesan wajah lo tuh keliatan fotogenik. Gimana kalo lain kali gue bantu lo foto-foto? Lo jadi model gue gitu. Gimana?”

“Wah, mau banget!” jawab Ify antusias. Wah, kesempatan buat ngebuktiin ke Rio kalo gue dulu emang finalis cover girl! Biar Rio gak ngeremehin gue!

“Ya udah, kalo ada waktu, gue bakalan ngehubungin lo secepatnya.”

“By the way, lo kesini sama siapa?” tanya Riko tiba-tiba.

Deg! Gue gak mungkin ngomong kalo gue kesini sama Rio dalam rangka Honeymoon!

“Ehm, gue sama.. ehm.. temen gue.” Ujar Ify panik.

Riko tersenyum.

“Oh sama temen. Wah, pasti temen lo cantik banget kayak lo.” Ujar Riko.

Ify jadi tersipu.

Setelah mengobrol lumayan lama, Ify dan Riko berpisah. Ini dikarenakan tujuan mereka gak sama. Ify mau balik ke kamar dan si Riko mau pergi ke suatu tempat. Ify ngerasa seneng banget karena di tempat asing ini ia bisa dapet temen baru yang bener-bener nyambung sama dia. Memang sih waktu yang cepat untuk begitu aja percaya sama orang yang baru kita kenal. Tapi gak tau kenapa Ify begitu percaya kalo si Riko ini orang yang baik.

###

Malam hari..

Hari ini Ify belum sempat jalan-jalan. Ini gara-gara Rio sejak tadi molor terus.

Dan Ify bertekad kalo besok Ify akan jalan-jalan melihat pemandangan Bali yang indah ini. setelah selesai mandi, Ify mencari baju piyama yang biasa dipakai olehnya. Tapi betapa kagetnya Ify, begitu Ify mendapati di dalam kopernya tidak terdapat piyama yang biasa dipakai olehnya. Dan sebagai ganti piyama, mama Ify telah membawakan 3 kemben dress tidur yang minim! Apa-apaan sih mama?! Masa ngebawain Ify pakaian kayak begituan?! Dengan cepat dimasukkan kembali kemben dress tidur itu. Ia takut entar Rio ngeliat bisa malu seribu malu entar! Ify akhirnya terpaksa memakai pakaian untuk pergi yaitu hot pant jeans dan kaos.

####

Keesokan paginya..

Ify bangun begitu pagi dikarenakan karena ia tidak merasa nyaman tidur di sofa, apalagi tidur dengan mengenakan jeans dan kaos. Udara pagi di Bali begitu sejuk. Tapi Ify baru sadar kalo ada seseorang yang bangun lebih pagi darinya. Rio ternyata udah duduk di depannya sambil membaca koran.

“Gimana tidurnya nyenyak?” tanya Rio.

“Belagu banget sih lo jadi orang! Apa lo tau kalo tulang-tulang gue semua serasa mau patah! Dan lagi tidur dengan pakaian kayak gini yang ngebuat kulit gue jadi gerah tau gak?!” omel Ify panjang lebar.

“Ya siapa suruh lo tidur disana? Lo kan bisa tidur di tempat tidur karena gue gak pernah ngelarang lo untuk tidur disana. Dan lagi gue juga gak nyuruh lo untuk pake pakaian kayak gitu untuk tidur jadi jangan pernah marah sama gue soal itu semua!” balas Rio jutek tanpa menoleh sedikit pun.

“Heh! Asal lo tau, gue gak mau tidur seranjang sama cowok macem lo! Dan lagi gue pake pakaian kayak gini untuk tidur karena mama gak ngebawain piyama tapi bawain kemben dress yang minim banget!” ups! Ify keceplosan!

Hening!

Tenang, paling juga Rio gak denegr! Akhir-akhir ini kan telinga Rio jadi budeg!

“Ehm.. Yo, ntar kita mau jalan-jalan kemana? Wah, gue bener-bener gak sabar mau nikmatin pemandangan Bali!” ujar Ify penuh harap. Nada bicara Ify yang tadinya kasar berubah menjadi lembut.

“Kalo gue sih males pergi. Gue maunya di sini aja. Tapi kalo lo pingin keluar, ya lo pergi aja sendiri!” jawab Rio yang langsung membuat wajah Ify kembali jutek.

“Yo, masa kita disini Cuma baut rekreasi di hotel doang sih?! Ayolah,Yoo masa lo gak bosen sih di dalame kamar terus?” rengek Ify.

“Gue mau nonton TV. Kalo lo mau pergi, ya pergi aja!” ujar Rio sinis. Apa-apaan sih Rio ini?! Selalu aja bikin gue bete!

“Ya udah kalo gitu! Lo pikir gue gak bisa apa pergi tanpa lo?! Gue bakalan buktiin gue bisa pergi tanpa lo!”

“Ya udah buktiin!” jawab Rio singkat.

Sebenarnya ada segurat kekhawatiran di hati Rio. Tapi dengan cepat dibuangnya perasaan itu.

Setelah mandi dan berganti baju, Ify langsung keluar tanpa pamit pada Rio dan membanting pintu kamar keras-keras. Ify ingin menunjukkan kalo dia marah, sangat marah! Tapi kemana gue akan pergi? Ify melangkah ragu.

“Gedubraakk!!” Ify menabrak sesuatu.

“Apaan sih?!” Ify merasa gemas karena akhir-akhir ini ia selalu saja menabrak sesuatu.

“Ify!” panggil orang yang berada tepat di depannya itu.

“Riko!”

“Wah, benar-benar aneh. Kenap awal pertemuan kita selalu dimulai dengan tabrakan ya?” tanya Riko sambil tersenyum.

“Yee, lo pasti ngira kalo gue sengaja nabrak lo gitu?” tanya Ify sewot.

Mereka kemudian tertawa bersama.

“Oh ya, lo mau kemana?” tanya Riko.

“Eh, rencananya sih gue mau pergi jalan-jalan. Tapi gak tau kemana gue bakalan pergi. Gue kan gak tau jalanan sini.”

“Wah, kebetulan banget gue juga mau jalan-jalan. Gimana kalo lo jalan-jalan bareng gue aja?”

“Mau banget!” tanpa pikir panjang Ify langsung menerima ajakan Riko.

####

Pagi tampak begitu indah. Semilir angin sepoi tampak menyembul menggoyangkan daun pepohonan itu. Riko dan Ify duduk di tepi pantai Kua yang terkenal itu. Disana sudah terlihat banyak turis yang juga menikmati keindahan alam itu.

“Wah, indah banget ya? Suasananya enak banget!” pekik Ify riang disusul dengan senyum Riko.

“Kalo kita datang lebih pagi pasti pemandangannya lebih bagus karena kita bisa ngeliat sunrise.”

“Oh..” Ify mengangguk ngerti sambil memainkan pasir di tangannya.

“Oh ya, hampir kelupaan.” Ujar Riko tiba-tiba. Riko serengah berlari menuju ke dalam mobilnya. Ify masih memainkan pasir.

“Akhirnya!” suara Riko terdengar.

“Klik.” Riko memotret Ify yang asyik bermain pasir. Ify yang tau dirinya difoto segera mengganti pose. Ify terlihat sangat senang walau ada sedikit perasaan yang mengganjal hatinya. Ya, soal apalagi kalo bukan pertengkarannya dengan Rio pag tadi? Tapi Ify segera membuang perasaan itu jauh-jauh. Ify gak ingin kalo ada yang mengganggu suasana hatinya, apalagi Rio! No way!

Setelah puas mantengin pantai Kuta, Ify dan Rio berjalan menuju pinggiran pantai Kuta yang biasanya disebut, Kuta Square. Disana terlihat banyak kios kecil yang menjual berbagai souvenir dan aksesoris yang berbau Bali. Ify tergoda untuk mampir dan melihat aksesoris dan souvenir yang nantinya akan dibuat oleh-oleh untuk Shilla dan Via. Riko menunggu Ify dengan sabar, sesekali ia menyungging senyum ketika melihat Ify asyik menawar harga barang-barang belanjaannya itu. Dan Ify berhasil! Buktinya ia membeli bermacam kalung, gelang, anting, kaos, bandana, kacamata, selimut Bali, bahkan sandal jepit dengan warna dan motif yang berbeda.

“Ternyata lo pinter juga nawar harga ya? Buktinya harga-harga barang tadi langsung turun hampir setengah harga!” tanya Riko di sela perjalanan.

“Hehehe.. Emang harus gitu! Kalo kita pingin dapet barang yang murah dan berkualitas. Dan setelah kita berhasil nawar harga serendah mungkin, ktia akan punya kepuasan sendiri. Kalo lo gak percaya, lain kali lo coba deh!” saran Ify.

“Oh ya, lo mau kemana lagi? Atau lo udah mau pulang?” tanya Riko sambil mengemudikan mobilnya.

“Jangan! Gue belum mau pulang!” tegas Ify segera.

Ify gak mau pulang! Karena kalo ntar pulang, suasana hati yang lagi bagus-bagusnya ini pasti langsung jadi bete gara-gara liat muka Rio! Dasar ngebetein banget sih jadi orang?!

“Lho?! Kenapa?” tanya Riko setengah bingung.

“Gue ogah ngeliat muka Rio yang ngebetein!”

“Hah?! Rio?” ulang Riko yang ngebuat Ify sadar kalo tadi dia keceplosan nyebut nama Rio.

“Oh, Malvin.” Ralat Ify segera.

“Malvin?!” tanya Riko yang makin bingung.

Ups! Calvin kan nama cowok! Gimana sih?! Kok gue jadi bego banget?!

“Oh, Mikka! Yah, Mikka! Kenapa gue jadi lupa ya?” ralat Ify segera sambil meringis.

“Oh, kirain cowok! Gue sampe kaget. Hampir aja gue kira lo sekamar sama cowok. Hahaha.. Bodo banget gue! Lain kali lo harus kenalin temen lo itu sama gue!” Riko tertawa lega.

Fiuhh.. untung!

Ify juga gak tau kenapa dia harus menyembunyikan identitas dirinya dari Riko. Identitas bahwa dirinya udah menikah. Identitas bahwa dirinya udah ada yang punya. Apa karena malu bersuami Rio?! Jelas bukan! Apalagi Rio kan super duper cakep, keren, tajir! Cewek mana sih yang gak bangga punya suami kayak Rio? Yang jelas saat ini Ify ingin bebas berteman. Dan kalo seseorang tau dia udah menikah, pasti pertemanan yang mereka jalin gak akan sebebas dan seleluasa ini. Coba pikir gimana kalo Riko tau kalo Ify udah menikah! Apakah masih ada ajakan untuk jalan-jalan? Gak kan?

Riko melajutkan mobil dengan tenang. Sesekali ia menoleh melihat wajah cantik Ify yang sedang mengamati interior bangunan Pura. Tak jarang dalam perjalanan Ify tertawa terbahak-bahak karema lelucon Riko. Ify juga bercerita tentang kehidupannya, bercerita tentang sahabat-sahabatnya, kuliahnya, kegiatannya sehari-hari. Ya, semua diceritakannya! Semua! Terkecuali Rio! Langit nampak kian gelap. Ify dan Riko kini udah berada dalam lobi hotel. Mereka tampak puas setelah mengunjungi berbagai tempat. Pantai Kuta, Kuta Square, makan di Cafe Monique, bermain bunge jumping, bermain rafting yang membuat Ify ketakutan plus ketagihan untuk nyoba lagi, gak lupa Ify juga ke Sangeh buat ngeliat saudara-saudaranya Rio. Hihi..

Riko mengantar Ify tepat di depan kamar Ify.

“Ya udah kalo gitu, gue masuk dulu ya. Capek banget nih.”

“Ehm, gimana kalo lo kenalin gue?”

“Aduh, udahan dulu ya gue capek banget. Hoaaamm..” potong Ify sambil berlagak menguap.
“Ehm, ya udah kalo gitu lain kali aja.”

“Oh ya, thank you banget lo udah mau nemenin gue seharian. Gue seneng banget!” seru Ify riang sambil membuka pintu kamarnya.

“Ya udah, sampai jumpa!” ujar Riko kemudian berlalu.

Tak lama kemudian Ify masuk ke kamarnya dengan tangan penuh belanjaan.

Ify menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri guna mencari sosok Rio.

“Seneng banget ya hari ini?” sindir Rio sinis. Ternyata Rio berada di depan jendela. Rio sedang melihat pemandangan pantai yang masih dapat terlihat dari jendela kamar.

“Ya, gue seneng banget!” jawab Ify tak kalah sengit.

“Abis kemana aja lo sampe pulang semalam ini?!” tanya Rio.

“Gue abis ke Kuta. Terus belanja souvenir, makan di cafe, main bungee jumping, main rafting, terus ke Sangeh!” Ify sengaja memamerkan tempat-tempat tadi supaya Rio tau kalo tanpa dia Ify juga bisa bersenang-senang.

“Sama siapa lo?” tanya Rio lagi dengan nada menginterogasi.

“Ehm..” Ify jadi bungkam.

“Gue tanya lo pergi sama siapa?” bentak Rio.

“Kemana gue pergi dan sama siapa aja, kayaknya itu bukan urusan lo!” balas Ify.

Rio berjalan mendekat, dari matanya udah nampak kemarahan yang meluap-luap. Ify sebenarnya merasa sedikit takut. Tapi segera ditepisnya perasaan itu. Dan untuk menunjukkan keberaniannya, Ify mendongakkan kepala seakan menantang.

Hening!

Ify dan Rio berdiri berhadapan, berperang dalam kebisuan.

“Gue tanya lo pergi sama siapa?” tanya Rio lagi.

“Gue pergi sama temen. Puas?!” Ify terpaksa menjawab.

Rio tersenyum kecut.

“Temen lo yang mana? Lo kan gak punya temen disini!”

“Temen baru gue! Kemarin kita baru kenalan!”

Rio tersenyum kecut lagi.

“Dan lo dengan cepat percaya untuk pergi bareng sama dia?”

“Kenapa gak?! Dia cowok yang baik, humoris, cakep lagi!”

“Oh, jadi temen lo tuh cowok?!”

“Iya, emang kenapa?! Gue seneng banget bisa jalan sama dia! Seenggaknya waktu gak akan berjalan membosankan kalo gue jalan sama dia!” ucap Ify. Ify sengaja berbicara kasar sama Rio. Ini guna menunjukkan kalo dia juga gak takut!

“Jadi lo bosan kalo sama gue gitu?”

“Ya, bener banget! Lo tuh cowok yang paling gak gue suka di dunia!” Ify kemudian berjalan meninggalkan Rio yang masih penuh dengan kemarahan.

Setelah menaruh barang-barang belanjaannya tadi di sudut ruangan, Ify berjalan menuju ke kamar mandi. Mata Ify langsung tertuju pada beberapa pakaian tidur disana. Pakaian tidur itu tidak jauh berbeda dengan yang biasa dipakai oleh Ify. Piyama berwarna pink dengan berbagai motif. Ada motif hati, ada motif sapi, ada motif babi, dan ada motif bunga-bunga. Piyama siapa ini? Ify melihat-lihat piyama yang tergantung di dekat kaca itu. Piyama itu masih baru karena masih ada bandrolnya. Masa ini buat gue? Berarti Rio dengerin gue waktu gue ngomong kalo mama Cuma bawain kemben dress? Ify sesaat terpana, kini hatinya dipenuhi rasa bersalah karena telah berbicara kasar sama Rio. Ternyata Rio gak secuek yang dia kira.

Setelah mandi Ify langsung mengenakan piyama itu.

“Ih, piyamanya lucu banget!” gumam Ify senang.

Ify keluar dari kamar mandi dengan mengenakan piyama itu dengan harap kalo Rio bakal tau kalo Ify bener-bener nyesel dengan apa yang tadi dikatakannya.

Lho?! Dimana sih Rio?! Kok gak ada?! Ify mencari-cari sosok Rio kembali.

Tanpa Ify duga, ia melihat seseorang tertidur pulas di sofa. Rio tertidur di sofa. Saking pulasnya Rio sampe gak nyadar kalo selimut yang dipake terjatuh ke lantai. Ify mendekati Rio. Ia mengambil selimut yang ada di lantai dan menyelimutkan kembali ke tubuh Rio.

Dipandanginya sejenak wajah Rio yang tertidur pulas.

“Yo, maafin gue ya? Sebenernya gue gak pernah ngerasa bosen berada di deket lo. Itu gue ucapin semata-mata Cuma karena emosi sesaat.” Ify berbicara sambil membelai rambut Rio pelan dan segera beranjak pergi.

Ify tidak sadar kalo sejak tadi ada sepasang mata yang mengawasinya dengan menyungging senyum puas dan lega.

####

Jam menunjukkan jam 5 WITA. Kalo waktu Jakarta, sekarang menunjukkan jam 4 nya. Ify masih asyik terlelap dalam mimpinya. Rio mendekati Ify yang tertidur di tempat tidur.

“Fy, Ify, bangun! Ayo cepet bangun!” Rio menggoncangkan tubuh Ify pelan. Ify masih terlelap mimpi.

“Apaan sih? Gue masih ngantuk! Jangan ganggu gue!” rengek Ify masih di antara sadar dan tidak sadar.

“Ayo, gue mau ajak lo ke suatu tempat!” jelas Rio.

“Mau kemana sih?”

“Ada deh! Lo pasti suka! Buruan cepet ganti baju! Atau gue tinggal disini?” ancam Rio.

“Iya iya..” jawab Ify segera sambil beranjak dari tidurnya.

####

Langit masih gelap. Udara masih terasa sejuk. Rio dan Ify menuju ke arena parkir yang terletak tak jauh dari hotel tempat mereka menginap.

“Yoo, kita mau kemana nih?” tanya Ify bingung.

Aneh banget! Rio kok gak marah sama gue? Pikir Ify dalam hati.

Langkah Rio berhenti tepat di depan sebuah mobil Bugatti Veyron warna merah hitam yang masih bersih mengkilat. Mobil itu berplat nomor M 421 OH. (Anggep dibaca Rio-_-)

“Tiitt.. titt..” Rio menekan tombol kuncinya dan..

“Lho?! Ini mobil lo? Waktu tempo hari kita ke Bali kan naik pesawat? Kok sekarang ada mobilnya sih? Terus, gimana cara dapetnya?” tanya Ify polos.

Rio hanya menjawab dengan senyuman.

“Ayo masuk!” ajak Rio.

Ify masih tertegun takjub dengan kelihaian Rio.

“Lo gak mau masuk?”

“Iya, iya gue masuk.” Jawab Ify sambil masuk ke dalam mobil dan mobil itu pun segera meluncur menjauh.

Tak lama mobil yang dikendarai Rio dan Ify berhenti di sebuah pantai.

Meskipun langit masih gelap dan matahari belum bangun dari peraduannya, ternyata disana sudah banyak orang yang berkumpul. Entah untuk mencari udara segar, mengobrol dan lainnya.

“Yo, kita ngapain nih?”

“Gue mau ajak lo ngeliat sesuatu.” Rio kemudian menarik tangan Ify. Ify pasrah dan mengikuti langkah Rio. Mereka kemudian turun menuju tepi pantai.

“Mana sih?? Harusnya sekarang udah keluar!” kata Rio sembari melihat jam tangan Andrea Louis nya.

“Eh Yo, liat itu!” Ify dikejutkan dengan pemandangan yang benar-benar indah.

Rio tersenyum.

“Bagus banget ya pemandanan matahari terbit?” ujar Ify sambil tetap melihat pemandangan yang indah itu.

Ternyata benar kata Alvin, matahari terbit memang indah!

Rio tersenyum puas melihat reaksi Ify sesuai dengan apa yang diharapkannya.

“Thanks banget ya.” Ujar Ify pada Rio dengan senyum manisnya.

<3 <3 <3

Siang harinya. Rio mengajak Ify ke Pantai Kuta. Meskipun udah pernah kesana bareng Riko, Ify masih kepingin kesana lagi. Jadilah ia mengiyakan ajakan Rio. Disana Ify bermain pasir bak anak kecil. Ia membuat istana pasir dengan gelas aqua kosong. Tapi begitu ombak datang, bruusssttt!! Istana pasir yang dibuat Ify langsung runtuh. Rio yang melihat Ify merutuk tidak jelas sambil cemberut dan mengulang membuat istana pasir lagi, membuat dirinya tertawa terbahak-bahak. Ify juga mencari kulit-kulit kerang yang indah. Tampaknya Ify sangat menikmati kesibukannya ini. Tapi, Rio udah menghilang! Kemana dia? Ify sudah tidak heran kalo tiba-tiba Rio menghilang karena Rio akan hilang dan muncul sesukanya, jadi buat apa dipikirin?

Tak lama kemudian Rio muncul dengan memakai sunglasses plus kaos warna putih dan celana pendeknya, tak lupa di tangannya ia mengangkat papan surfingnya. Hah?! Rio mau surfing?! Apa bisa?! Rio berjalan mendekat ke arah Ify.

“Fy, lo mau surfing?” tanya Rio.

“Ogah ah! Gue gak bisa! Entar malah tenggelam lagi!” sahut Ify sambil tetap mencari kulit kerang.

“Oh, ya udah kalo gitu.” Rio kemudian berlalu sambil membawa papan surfingnya. Ify melirik penasaran, diikutinya sosok Rio yang mendekat ke air itu. Rio kemudian menaiki papan surfingnya di tengah ombak. Pelan tapi pasti, Rio berdiri di atas papan surfingnya. Tubuh Rio berdiri mengikuti irama ombak yang bergelayutan. Matanya memicing seakan mewaspadai gerak-gerik ombak pantai. Ify melihat Rio tanpa berkedip! Hanya ada satu kata yang bisa melukiskan Rio, benar-benar keren!

“AHH!! TOLONG!! TOLONGG!!” tak jauh dari tempat Rio surfing, ternyata ada seorang gadis yang hampir tenggelam hanyut dibawa ombak. Rio yang melihatnya tak mau tinggal diam. Rio dengan sigap menolong gadis itu. Setelah meraih tubuh gadis itu, Rio langsung menepi. Orang yang melihat kejadian itu segera berkerumun melihat gadis tersebut. Rio terlihat panik dan khawatir. Tubuh Rio basah kuyup.

“Nona!! Nona!!” panggil Rio sambil menggoyang-goyangkan pelan tubuh gadis itu. Ify belari mendekat.

“Yo, lo gak papa kan?” tanya Ify khawatir.

“Gue gak papa. Sekarang yang gue khawatirin adalah cewek ini!” nada suara Rio terdengar bimbang. Ify memutuskan untuk tidak banyak bertanya. Rio mendekatkan telinga ke dada gadis itu untuk mengetahui apakah masih ada detak jantungnya. Rio kemudian menekan dada gadis itu untuk mengeluarkan semua air yang masuk. Tapi tak ada respon! Rio kemudian membuka mulut cewek itu lebar-lebar kemudian memasukkan napas mulutnya ke mulut gadis itu. Ify tercengang! Shock! Kaget! Lebih tepatnya totally shock! Bukan! Ah, terserah! Melihat Rio memberikan napas dari mulut ke mulut, Ify jadi tidak bergerak sama sekali.

“Uhuk.. uhuk..” cewek itu terbatuk dan mengeluarkan semua air yang sempat tertelan saat tenggelam. Ify melihat senyum kemenangan terseungging di bibir Rio. Entah karena berhasil menyelamatkan gadis itu atau karena berhasil mencium gadis itu!

Dasar semua cowok sama aja! Maunya Cuma ngambil kesempatan dalam kesempitan! Dasar buaya darat! Ify meninggalkan Rio dengan perasaan jengkel. Marah! Bete! Kesal!

####

Tidak ada komentar:

Posting Komentar